Dalam rangka turut ikut serta dalam TEDxGlobalDay, Minggu lalu (23/9) TEDxJakarta bermain-main ke salah satu urban farm bernama Kebun Kumara.
Berlokasi di area perkemahan/taman/area wisata Situ Gintung, Kebun Kumara menghadirkan pengalaman berbeda dari berkebun yang biasa dilakukan. Dengan mengutamakan prinsip permakultur, yaitu menanam dan mengkondisikan kebun sebagaimana alam bekerja, kami diajak untuk tidak hanya menanam, tapi juga memahami prinsip bagaimana tanaman itu bisa tumbuh dan berkembang.
Nah, dapat dilihat prinsip-prinsip permakultur yang ada di atas. Sejujurnya saya sendiri belum memahami dengan cukup dalam apa itu permakultur. Yang sedikit dapat saya tangkap pada prinsip utamanya adalah:
- Peduli terhadap bumi
Dalam menanam hendaknya peduli tidak hanya terhadap tanamannya, tetapi juga terhadap lingkungan. Misal: apa saja waste yang dihasilkan, bagaimana kita bisa memanfaatkan waste tersebut agar menjadi sesuatu yang dapat dipergunakan kembali untuk menjaga alam seperti membuat kompos, dll. - Peduli terhadap manusia
Dalam menanam dan membuat kebun hendaknya peduli dengan bagaimana manusia di sekitarnya. Bagaimana manusia dapat mudah berinteraksi dengan kebun tersebut. Bagaimana hasil kebun tersebut dapat bermanfaat terhadap kelangsungan hidup seorang manusia. - Fair share (prinsip keadilan)
Yap, ini yang paling susah dipahami. Kita harus adil. Misal ada tanaman yang diserang ulat, itu bukan berarti ulat tersebut harus kita basmi. Pahami bahwa daun yang dimakan itu ya rejeki dari ulat tersebut. Ada banyak tikus? bukan hama, itu adalah makanan daripada ular. Ya, menjaga hasil kebun itu penting, tapi kita harus paham bahwasanya kita adalah bagian dari ekosistem yang harus tetap dapat menjaga kondisi keseimbangan.
Setelah pengenalan, kami langsung diajak untuk mencoba praktek membuat kompos. Seru banget! ternyata membuat kompos itu tidak terlalu sulit lho teman-teman. Kita hanya benar benar harus memilah dan mengumpulkan sampah organik, dan cukup biarkan saja.
Prosesnya memang cukup memakan waktu yang beragam, tergantung bagaimana kita pintar mengatur takaran sampahnya. Kalau tidak salah aturannya adalah perbandingan 3(Karbon):1(Nitrogen). Karbon untuk sampah-sampah kering, dan Nitrogen itu untuk sampah-sampah busuk atau basah.
Benar-benar cukup biarkan saja, berikan cahaya dan kelembaban yang cukup agar bakteri (mikroorganisme) dapat berkembang dengan baik. Lalu lakukan pengadukan sampah tersebut setiap hari agar udara dapat bersirkulasi dengan baik. Dan voila! jadi!, tinggal diayak ambil bagian halusnya seperti yang saya lakukan di bawah ini.
Selanjutnya kami diperkenalkan dengan Ecobricks. Apa itu Ecobricks? dapat dilihat pada tautan ini: Ecobricks. Pada intinya, gunakan sampah plastik teman-teman untuk mengisi sebuah botol, sampai penuh banget tanpa tersisa udara sedikitpun. Dan botol tersebut dapat disusun untuk membuat struktur atau material pengganti material keras seperti batu bata atau katu yang dapat digunakan untuk membuat banyak benda atau menyusun bangunan.
Mengapa plastik? ya gak usah dijelasin lagi kali ya? karena plastik itu musuh alam, gak bisa diurai, dan hanya akan merusak alam jika dibiarkan begitu lama.
Selanjutnya workshop kami ditutup dengan rangkaian kegiatan utama, berkebun! (yeay).
Capek! tapi seru banget deh beneran!. Kita diajak mengenal jenis-jenis tanaman dan benar-benar praktek langsung dari pembuatan media tanamnya (kompos) sampai langsung menanamnya. Terima kasih banyak ya Kebun Kumara, Dhira, Sandra, dan Prof Yono, udah mau kita rusuh-rusuhin nih. Semoga habis ini bisa kita praktekkan langsung di rumah.
Btw, Kebun Kumara ini open for public lho buat teman-teman yang mau belajar juga. Langsung kepoin instagramnya atau datangi langsung ke tempatnya aja ya, senin-sabtu aja tapi.
Yuk mari mulai berkebun lagi!